Judul : Negeri Para Bedebah
Kategori : Novel
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2012
Tebal : 440 halaman ; 20 cm
Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musah berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.
Setelah tiga minggu ku biarkan novel ini menunggu di kamarku, akhirnya ku putuskan untuk mulai membacanya. Bukan karena aku kurang tertarik, sehingga aku memutuskan baru membacanya, bukan. Tapi karena masih ada novel Tere Liye lain yang mendapat antrian lebih dulu. Selain itu aku membatasi satu buku untuk satu minggu di tengah kesibukanku. Karena jika sudah memulai, akan sulit berhenti jika belum selesai. Maka kemarin sore, aku memuruskan mulai membaca.
Novel ini mengambil latar di Indonesia, tapi tentu saja apabila ada kesamaan tokoh, tempat dan alur cerita itu hanyalah kebetulan belaka.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Thomas, seorang konsultan ekonomi profesional. Ia sering mendapat undangan bicara di mana-mana karena pendapatnya yang berharga. Terutama dalam keadaan dunia yang sedang mengalami krisis keuangan. Di tengah jadwalnya yang padat ia bahkan harus wawancara di atas pesawat terbang.
Selain sebagai konsultan, Thomas memiliki hobi yang tidak lazim, yaitu sebagai petarung. Dia ikut bergabung dengan sebuah klub petarung yang cukup rahasia. Di sana dia bertarung dengan anggota klub lainnya, biasanya diiringi dengan taruhan. Tapi mereka harus bertarung saat di dalam ring. Di luar itu, anggota klub yang terdiri dari berbagai profesi adalah teman.
Sabtu dini hari, hampir pukul satu, setelah perjalanan udara dan seusai bertarung, ketika Thomas memutuskan untuk beristirahat, dering telepon di kamar hotel berdering. Isinya singkat, seseorang memaksa untuk bertemu dengannya saat itu juga. Itu adalah utusan pamannya, Om Liem. Rumah pamannya sedang dikepung polisi. Bank Semesta yang merupakan milik pamannya bermasalah dan terancam ditutup. Meskipun sudah puluhan tahun tidak bertemu pamannya, demi mendengar tantenya yang jatuh pingsan, Thom memutuskan pergi membantu.
Sesampainya di rumah dan mendengar penjelasan langsung dari Om Liem. Thomas berfikir dengan cepat. Mereka memiliki waktu sampai Senin pagi pukul 8 sebelum perkantoran buka untuk menyelesaikan kasus tersebut. Thomas memutuskan untuk menyelamatkan Bank Semesta agar tidak ditutup. Tapi sebelum itu, ia harus menyembunyikan Om nya agar rencananya berhasil. Keputusan penting tidak akan bisa diambil tanpa tanda tangan pemilik bank. Oleh karena itu ia memutuskan untuk membawa kabar pamannya dari aparat.
Di sinilah adegan kejar-kejaran seperti di movie di mulai. Thomas menyembunyikan Om Liem di rumah opa nya. Menghubungi sekretarisnya untuk mengumpulkan data. Ia harus bergerak cepat, waktunya tidak sampai 48 jam.
Thomas harus bolak balik untuk mengambil informasi, menemui orang-orang penting untuk negosiasi. Dan berkali-kali kabur dari polisi sambil memboyong Om Liem dan opa nya ke tempat yang aman.
Dalam usahanya menyelamatkan Bank Semesta, Thomas bertemu dengan temannya sesama petarung yang diantaranya adalah sesama konsultan akuntan, petugas imigrasi, polisi, bahkan petinggi partai. Sesama petarung saling menolong, tapi ini lebih kepada menolong kepentingan masing-masing. Ada harga yang harus dibayar untuk setiap bantuan, disertai bunganya. Tapi petarung tidak berkhianat.
Kilasan masa lalu Thomas dihadirkan secara bertahap. Menjadi bagian puzzle yang melengkapi cerita ini. Kisah ini adalah sambungan dari cerita masa lalu yang menewaskan kedua orang tua Thomas. Maupun kenangan bersama opa dan perjalanannya mengarungi samudera fasifik.
Saat akhirnya Thomas berhasil mengumpulkan bidak-bidak penting dalam pengambilan keputusan. Hanya hitungan jam yang berisi penantian. Ia menerima sebuah data terakhir, tentang siapa musuh dalam selimut sebenarnya. Pertarungan terjadi di tengah laut di atas kapal pesiar. Dan saat hasil akhir tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh lawan, mereka kembali saling mengkhianati. Di sini lah Thomas mengambil kesempatan untuk membebaskan dirinya dan opa.
***
Berbeda dengan Novel rindu yang mengambil latar perjalanan haji yang memakan waktu sembilan bulan, novel ini hanya memerlukan waktu dua hari sebagai latarnya. Setiap jamnya begitu berharga. Maka ketika saya sudah sampai di bab 3, saya pun harus begadang semalaman untuk menghabiskan membaca karena tidak bisa berhenti saking penasarannya.
Berbeda dengan movie Java Heat yang terasa terlalu dibuat-buat dan tidak mungkin terjadi di Indonesia, novel ini terasa nyata. Mengambil latar peristiwa bank bermasalah yang pernah terjadi, adegan di novel ini terasa begitu nyata. Kejadian kejar-kejaran, suap-menyuap, semuanya sangat mungkin terjadi. Tapi media sedang fokus pada berita lain yang lebih hangat. Sehingga kejadian tersebut luput dari pemberitaan. Belum lagi adanya orang-orang berkepentingan yang menutup kejadian tersebut dari mata publik.
Selain membahas mengenai politik, novel ini juga membahas ekonomi khususnya perbankan. Banyak pengetahuan yang bisa dipelajari dari novel ini.
Sangat bagus jika dijadikan movie, walau pun tentu saja perlu keberanian media untuk menjadikannya film. Sekali lagi ini adalah fiktif. Apabila ada kesamaan tokoh, tempat dan alur cerita itu hanyalah kebetulan belaka.
0 Comments
Posting Komentar