Resensi Novel Ayah - Andrea Hirata

Resensi Novel Ayah - Andrea Hirata

Judul : Ayah
Kategori : Novel
Penulis : Andrea Hirata
Tahun : 2015
Halaman : xx + 412 halaman
Penerbit : PT Bentang Pustaka

Review novel Ayah karya Andrea Hirata

Pertama kali membeli novel ini karena membaca nama pengaranganya adalah Andrea Hirata, sang pengarang novel legendari Laskar Pelangi. Namun saya tidak langsung membacanya setelah membelinya, karena banyaknya hal lain yang harus dikerjakan. Begitu ada waktu kosong, barulah saya mulai membaca novel ini.

Karena membacanya hanya untuk mengisi waktu senggang, maka selesainya pun lebih dari satu minggu. Apalagi saya membaca novel ini dari nol, tanpa tahu atau mendengar tentang apa novel ini sebelumnya. Saya pun sempat bingung dengan banyaknya tokoh yang muncul di awal. Ada Sabari, Amiru, dan tokoh lainnya.

Meskipun belum mengerti buku ini bercerita tentang apa, tapi saya menikmati membaca buku ini. Setiap bagian cerita adalah hiburan di waktu senggang. Setiap untaian kalimatnya enak untuk dibaca. Gaya bahasa penulisnya membuat kejadian sederhana menjadi menarik untuk di simak. Gaya bercerita penulis profesional memang berbeda.

Setelah lebih dari sepertiga buku saya baca, dan kebetulan hari ini sedang libur, maka hari ini, saya pun hanyut dalam novel Ayah dan mengnamatkan novel tersebut.

Jadi apa sebenarnya yang diceritakan dalam novel ini?

Di bagian awal, diceritakan tentang seorang pemuda bernama Sabari yang tingggal di sebuah desa di palang beliting, jatuh cinta kepada Marlena pada pandangan pertama sejak ujian masuk SMA.

Marlena adalah gadis cantik berparas elok, sedangkan tampang Sabari tidak pantas disandingkan dengannya sama sekali. Meskipun sudah ditolak dengan sangat jelas, namun cinta Sabari tidak pernah pudar. Berbagai upaya dilakukannya untuk menaklukkan hati Lena. Semua usahanya sia-sia. Namun sedikit pun hal tersebut tidak membuatnya berputus asa.

Berselang-seling di bagian awal novel diceritakan tentang kisah perjuangan cinta Sabari terhadap Marlena dan kisah Amiru di kampungnya. Saya sempat kebingungan menghubungkan antara kisah Sabari dengan Amiru. Namun saya biarkan saja dan tetap mengikuti alur ceritanya.

Setelah membaca hampir sepertiga buku, cerita lebih banyak berfokus pada Sabari. Saya pun menjadi lebih mengerti mengenai kisahnya. Hingga akhir buku Sabari lah tokoh utamanya.

Di bagian sana sini dalam novel ini menceritakan beberapa tokoh lain yang sepertinya tidak ada hubungannya sama sekali dengan Sabari, sang tokoh utama. Namun ternyata sesuai dengan alur kehidupan, tokoh-tokoh tersebut saling berhubungan.

Saya juga sempat bertanya-tanya tentang judul novel ini yaitu Ayah. Siapa yang dimaksud Ayah di sini. Setelah membaca separuh buku, barulah saya mengerti, sosok ayah di sini adalah Sabari ini sendiri. Bagaimana dia menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi anaknya, Zorro.

Berbeda dengan novel Tere Liye yang sering membuat saya menangis di sana-sini, saya tidak bertahan membaca novel ini tanpa meneteskan air mata. Karena meskipun Sabari ditolak Marlena berkali-kali, ini bukanlah hal yang menyedihkan, karena Sabari sendiri tetap sabar.

Namun di salah satu bagian novel, ketika Zorro mengikuti lomba dan membacakan dongeng yang dikarang oleh dirinya sendiri, mau tidak mau saya meneteskan air mata. Dongeng yang diceritakannya bukanlah dongeng yang menyedihkan. Tapi bagaimana Zorro kecil mampu menceritakan dongeng seperti itulah yang membuat saya terharu. Marlena bahkan menangis.

Dari sana terlihat, sosok ayah yang bahkan sudah tidak diingatnya karena perpisahan di waktu kecil, memberikan pengaruh yang sangat besar kepada diri Zorro.

Salah satu karya sastra yang selalu muncul dalam novel ini adalah puisi. Karena Sabari senang berpuisi. Di setiap kesempatan ada saja puisinya. Salah satu puisi yang paling terkenal adalah puisi merayu awan, yang diturunkan dari ayahnya, kepadanya, kemudian anaknya.

Wahai awan
Kalau bersedih
Jangan menangis
Janganlah turunkan hujan
Karena aku mau pulang
Untukmu awan
Kan kuterbangkan layang-layang .... (Ayah - 63)

Tokoh Marlena yang dari awal digambarkan sebagai gadis yang memiliki sifat pemberontak, sebenarnya ia pun memiliki kelebihan sendiri. Ia adalah orang yang keras namun teguh dengan pendiriannya. Ia berani menghadapi resiko dan akibat setiap perbuatannya. Ia bahkan dapat menjadi inspirasi bagi temannya untuk menjadi sosok yang lebih berani.

Salah satu hobi Marlena adalah bersahabat pena. Sahabat penanya tersebar di seluruh Sumatera. Ini adalah salah satu hobi yang baik namun sepertinya sulit dikembangkan pada zaman teknologi yang canggih sekarang ini.

Selain tentang cinta, novel ini juga menceritakan tentang persahabatan. Sabari, Ukun, dan Tamat memanglah tiga sahabat dekat. Meskipun mereka saling berolok-olok, tapi saling bantu membantu. Demi persahabatan mereka pula Ukun dan Tamat rela berkeliling pulau Sumatera berbekal Kamus Bahasa Indonesia demi sahabat mereka Sabari.

Humor pun juga banyak ditemukan dalam novel ini. Unsur humor dalam novel ini disisipkan dengan manis. Tidak perlu penjelasan, tapi akan dimengerti oleh orang yang memang mengerti.

Membaca novel Ayah adalah hiburan sekaligus pencerahan. Ada cinta, persahabatan, humor, sekaligus hikmah dalam novel ini. Bagaimana novel ini mencoba mengangkat sosok Ayah yang juga memberikan pengaruh besar bagi perkembangan anak. Ayah adalah sebuah karya yang patut dibaca oleh anak bangsa.

Sebagaimana Sabari yang senang berpuisi, maka saya pun ingin menutup resensi ini dengan sebuah puisi dari Sabari.

Meski tak sekolah
Tapi kambing bangun pagi
Sapi bangun lebih pagi lagi
Dengan penuh kerendahan hati
Aku Sabari bin Insyafi
Menulis surat ini untuk mohon diri (Ayah - 141)

2 komentar

  1. Sering dengar namanya tetapi terus terang belum pernah sekalipun membaca karyanya.

    Bukan karena tidak suka, tetapi karena sudah lama saya berhenti membaca buku atau novel. Mata menjadi masalah utama karena sudah minus besar dan cepat capek kalau membaca.

    Jadilah saya hanya membaca via internet saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo masalah mata memang susah pak. Saya juga pake kaca mata, tapi masih bisa baca lama.

      Tapi saya salut sama bapak yang tetap menulis dan membaca meski dengan perangkat berbeda. Yang penting tetap membudayakan membaca.

      Hapus


EmoticonEmoticon