Kisah Si Juha (42) : Juha dan Sekeranjang Buah Tin

Sudah beberapa hari saya belajar Bahasa Arab dengan membaca Kisah si Juha. Awalnya saya hanya menuliskan kosa kata baru saja di buku catatan. Kali ini, saya ingin menjadi lebih rajin lagi, yaitu dengan menerjemahkan cerita yang saya baca ke dalam Bahasa Indonesia secara lengkap.

Karena susunan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia tidaklah sama, beberapa kalimat saya ubah sedikit. Beberapa kata pun terjemahannya tidak persis di kamus. Saya berusaha agar terjemahan cerita ini mudah dipahami.

Tidak ada target khusus untuk terjemahan ini. Saat sedang mood, saya akan memilih satu judul dan menulis terjemahnnya. Supaya tidak sia-sia, saya akan memposting hasil terjemahannya di sini. Selamat membaca.


Juha dan Sekeranjang Buah Tin

Hakim di kota telah meninggal karena sakit keras. Maka Raja mengirim hakim baru ke kota dan ia terkenal dengan kekejaman dan kekerasannya.

Ketika hakim baru sampai ke kota, para pedagang, orang berilmu, dan pemuka masyarakat datang ke tempat tinggalnya. Mereka membawa hadiah dan menyerahkannya kepada hakim, sebagai bentuk ketaatan dan ucapan selamat.

Hakim bertanya kepada mereka tentang Juha yang telah banyak ia dengar. Mereka menjawab bahwa Juha sedang dalam perjalanan ke sana. Maka salah satu dari mereka bersegera menemui Juha dan memberitahunya.

Juha akan pergi kepada Hakim dan membawa hadiah yang sederhana untuk diserahkan kepadanya. Dia membawa tiga buah nenas, karena sedang musimnya.

Juha meletakkan ketiga buah tersebut di atas baki. Kemudian ia membawanya menuju rumah hakim. Ketika di jalan, buah-buah tersebut berguling-guling di atas baki.

Juha berusaha mengatasinya. Ia mengikuti gulingan buah di atas baki setiap kali ia melangkah. Ketika ia sudah tidak tahan karenanya, ia memakan dua buah diantaranya sebagai balas dendam.

Juha sampai ke rumah hakim dan hanya membawa satu buah nenas. Begitu Hakim mengetahui kedatangan Juha, ia menemuinya dengan sambutan yang baik. Juha pun memberikan hadiah buah kepada Hakim.

Hakim berkata dengan gembira : "Karena kesederhanaan hadiahmu wahai Juha, maka kamu berhak atas hadiah yang besar." Kemudian Hakim memerintahkan agar Juha diberi sekantong harta.

Juha mengambil kantong uang tersebut. Ia kembali ke rumahnya dengan riang gembira. Kemudian memberitahu isterinya tentang apa yang telah terjadi.

Kemudian isterinya berkata : "Kenapa kamu tidak kembali mengunjunginya wahai Juha?"

Juha berkata : "Sungguh wahai isteriku, Apabila sampai tersebar perkara hakim atas hal ini, maka dalam waktu waktu dekat orang-orang akan memandang kita, khususnya orang-orang kaya, dan sesungguhnya Hakim sangat menyukaiku."

Setelah beberapa hari, rasa tamak menguasi Juha. Ia pun membawa sekeranjang penuh buah umbi. Sewaktu ia di jalan menuju rumah Hakim, ia bertemu temannya. Juha pun memberitahunya bahwa buah umbi itu adalah hadiah untuk Hakim.

Temannya memberi saran agar ia mengganti buah umbi dengan sesuatu yang lebih baik, misalnya buah tin, karena tin lebih baik dan lebih lunak. Juha pun setuju dengan pendapat temannya. Ia segera pergi ke pasar dan membeli buah tin yang paling bagus. Kemudian ia pergi kepada Hakim.

Di sana, Hakim menumui Juha. Juha memberikan tin kepada Hakim, tetapi Hakim tidak menyukai hadiah tersebut. Ia berpikir bahwa Juha sedang mengolok-oloknya. Maka Hakim marah dan menyuruh pengawalnya agar melempar buah tin ke kepala dan wajah Juha.

Pengawal pun mulai melempari Juha. Setiap buah tin mengenai Juha, ia berkata : "Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah atas kelembutannya dan kebaikannya."

Hakim berkata : "Atas apa Engkau memuji Allah, sedangkan Engkau mendapatkan pukulan wahai Juha?"

Juha berkata : "Saya memuji-Nya atas kemurahan dan rahmat-Nya kepada saya. Karena saya awalnya membawa buah umbi. Jika buah itu yang menimpa saya dan bukan buah tin, maka umbi akan meretakkan kepala saya, dan merobek mata saya, dan mematahkan hidung saya. Maka bagaimana saya tidak memuji Allah atas keselamatan saya akan hal tersebut?"

Related Posts

0 Comments

Posting Komentar