Kategori : Drama China
Tahun : 2020
Genre : Romance, Comedy
Episode : 24
Durasi : 45 menit
Saya baru saja menamatkan drama China berjudul The Roomance of Tiger and Rose. Dalam bahasa Indonesia, dram ini memiliki judul yang berbeda, yaitu Rumor Putri Ketiga.
Drama ini mengisahkan tentang seorang gadis penulis skenario. Sebelum naskah yang ditulisnya bisa difilmkan, ia mendapat kritik keras dari aktor pemeran utama drama tersebut. Menurut aktor tersebut naskah yang ditulisnya tidak masuk akal. Jika skenario tersebut tidak diperbaiki, aktor tersebut tidak bersedia memerankannya.
Sang penuliis skenario pun berusaha memperbaiki naskah yang ia tulis. Ia sampai begadang dan pilek hanya untuk menyelesaikan naskah. Keesokan harinya ia terbangun dan telah berada di dalam cerita yang ia tulis. Ia berperan sebagai Putri Ketiga, seorang pemain pembantu dalam naskah tersebut yang akan meninggal dibunuh oleh pemeran utama pria. Ia pun berusaha menyelamatkan dirinya sendiri sekaligus menamatkan cerita agar bisa keluar dari dunia tersebut.
Drama ini, meskipun pemeran utamanya adalah seseorang dari zaman modern, tapi tentu saja kisah yang diceritakan tentang zaman dulu. Meskipun tentu saja, waktu dan tempat hanyalah settingan penulis naskah semata.
Dunia yang dimasukinya mengisahkan dua kota yang saling berlawanan. Di kota A, laki-laki yang paling berkuasa dalam segala bidang. Laki-laki di kota tersebut diibaratkan seperti harimau. Sedangkan di kota B, perempuan yang berperang disegala bidang, termasuk pemerintahan dan mencari mata pencarian. Perempuan di kota ini bagaikan mawar yang berduri.
Pemeran utama pria, Han Shuo, berasal dari kota A dan pergi ke kota B untuk menjalankan misi. Namun terjadi peristiwa tidak terduga, sehingga ia terpaksa menikah dengan Chen Qianqian atau yang lebih dikenal dengan sebutan Putri Ketiga. Berbagai peristiwa pun terjadi di antara mereka.
Menurut saya drama ini termasuk kategori ringan jika dibandingkan dengan drama China lain yang mengambil setting masa lalu. Episodenya pun tidak panjang, hanya 24 episode saja. Meskipun ada cerita klasik seperti perebutan kekuasaan, tapi intrik yang disajikan tidak terlalu rumit.
Malah kalau mau jujur, tidak ada penjahat utama dalam cerita ini menurut saya. Hanya orang-orang dengan keinginan berbeda. Saya pribadi malah banyak tertawa menontonnya, karena kekonyolan tingkah laku beberapa karakter disini.
Meski begitu, saya juga beberapa kali meneteskan air mata. Tidak terlalu sedih sih sebenarnya, mungkin saya terlalu menghayati saja. Masih banyak yang membuat saya tertawa.
Jika boleh membandingkan, rasa yang saya dapatkan saat selesai menonton drama ini sama seperti saat menonton The Eternal Love. Cukup menghibur.
Saya juga suka ending dari drama ini. Cukup sweet menurut saya. Saya pun sampai menonton ulang untuk bagian penutupnya saja.
Nonton seperti ini dulu saya suka, tapi cerita klasik semisal Yoko / Yangguo. Sekarang kalau harus 40 episode gak tahan nonton.
BalasHapusHaha, mungkin ini salah satu akibat liburan. Saat sudah aktif kerja, ngga akan bisa sampai demikian.
Hapus