Review Novel Pulang-Pergi Karya Tere Liye

pulang pergi tere liye
Judul : Pulang-Pergi (Gnalup-Pergi), Buku ke-3 Serial Pulang, Buku ke-5 Serial Aksi
Kategori : Novel
Penulis : Tere Liye
Tahun : 2021 (tahun beli)
Halaman : 414 halaman
Penerbit : PT Sabak Grip Nusantara
Harga : Rp 89.000

"Ada jodoh yang ditemukan lewat tatapan pertama. Ada persahabatan yang diawali dengan sapa hangat. Bagaimana jika takdir bersama ternyata, diawali dengan pertarungan mematikan? Lantas semua cerita berkelindan dengan pengejaran demi pengejaran mencari jawaban? Pulang-Pergi."

Sinopsis Pulang-Pergi

Novel Pulang-Pergi adalah novel ke tiga dari serial Pulang yang menceritakan kisah si Bujang, Si Babi Hutan. Novel ini diawali dengan adegan Bujang di kuburan Mamak sambil mengenang masa lalu. Hingga ia mendapatkan pesan pengingat untuk menghadiri acara pertunangannya dengan Maria. Maria adalah putri seorang ketua Shadow Economy yang telah dikalahkannya saat bertarung pada buku Pergi. Karena kalah, maka Maria pun memberikan gelang pada Bujang dan menyatakan bahwa ia akan menikahi Bujang.

Bujang yang belum siap untuk bertunangan, berusaha mengulur waktu dan meminta bantuan Salonga agar menunda acara tersebut. Ia pun tetap berangkat ke Rusia untuk membicarakannya.

Tentu saja kisah ini tidak menceritakan kisah romantis antara Bujang dengan Maria. Tapi bagaimana sebuah pengkhianatan, pembunuhan, dan kejar-kejaran terjadi di negara bekas runtuhan Uni Soviet tersebut.

Selain ditemani oleh beberapa sahabatnya yang juga muncul di buku sebelumnya seperti Salonga, White, Yuki dan Kiko, dalam buku ini Bujang juga ditemani seorang teman baru yaitu Thomas. Tidak salah, Thomas adalah tokoh utama dari novel Negeri Para Bedebah.

Jika di novel sebelumnya yang sudah lama saya baca, Thomas dalam ingatan saya adalah tokoh utama yang pandai bertarung. Namun di buku Pulang-Pergi saya mendapati Thomas sebagai tokoh yang banyak bicara dan kadang melucu. Mungkin seperti yang Thomas katakan, ia terlalu bersemangat karena bertemu dengan salah satu mantan kepala Shadow Economy. Apalagi yang satu ini berasal dari negara yang sama dengannya.

Meskipun mereka adalah bedebah dan banyak membunuh, setidaknya mereka masih menghormati warga sipil biasa yang tidak tahu apa-apa. Salah satunya ketika adegan mereka mengambil mobil orang lain di jalan raya. Tidak lupa Thomas berjanji akan menggantikannya.

"Aku akan mengganti mobil ini sepuluh kali lipat, Tuan, tenang saja, aku bisa mencari tahu nomor rekeningmu dengan mudah. Akan kutransfer dalam 24 jam."
Pulang-Pergi hal.109

Saat membaca Thomas mengatakan hal tersebut, saya langsung mikir, orang kaya enak ya, gampang sekali ia mengatakannya, ckck.

Yuki dan Kiko masih dengan gaya santainya. Meskipun pembunuh bayaran, mereka adalah orang yang bisa menikmati hidup. Kalo bisa dibikin mudah, kenapa dibikin susah. Saat pertama kali bertemu Thomas, mereka kagum karena merasa jarang bertemu orang tampan dalam dunia tukang pukul. Tentu saja profesi Thomas adalah sebagai konsultan keuangan.

Kiko memanfaatkan hal tersebut dengan bermain tebak-tebakan saat mereka berada dalam mobil. 

"Ada sebuah kasus perceraian. Seorang isteri menuntut agar hakim memberikan separuh harta suaminya. Di depan hakim, dia bilang, dialah yang membuat suaminya menjadi jutawan, maka dia berhak atas harta tersebut. Tapi hakim malah mengasihani suaminya. Apa yang terjadi?"
Pulang-Pergi hal. 232

Ada yang bisa menjawab teka-teki di atas? Mungkin pernah baca di internet. Untuk pertanyaan yang satu ini, bahkan Maria bisa menjawabnya.

Tokoh baru dalam buku ini yang menjadi favorit saya adalah Junior, ia adalah murid Salonga. Junior ini tidak suka bicara. Ia hanya dia dan awas memperhatikan sekitar. Jika ditanya, jawabannya hanya mendengus saja. Begitu pula jika dipuji, B saja. Meski begitu, Junior berperan penting ketika yang lain sudah mulai terdesak.Ia bisa menjadi bantuan yang datang pada waktu yang tepat.

Lawan Bujang dan kawan-kawan dalam buku kali ini bernama Natascha dengan pasukan elitnya yang bernama Black Widow. Nama ini mau tidak mau mengingatkan saya pada Black Widow Natasha dari The Avengers. Tapi hey, bukankah Black Widow itu sendiri sejatinya adalah nama laba-laba betina yang sangat beracun. Jadi siapapun bebas menggunakan nama ini dalam bukunya.

Tidak lupa buku ini juga menghadirkan tokoh yang sudah pernah hadir sebelumnya di buku Pergi. Tokoh yang mengajak Bujang untuk bekerja sama menghancurkan Shadow Economy, namun tentu saja ditolak oleh Bujang dan berujung pertarungan.


Lalu bagaimana akhir dari kisah ini, apakah Bujang jadi menikah dengan Maria?

"Entahlah, hidupku selalu saja dipengaruhi dengan pertanyaan, Maria. Aku tidak tahu harus pergi ke mana sekarang, dan aku juga tidak tahu harus pulang ke mana. Pulang…. Pergi…. Hidupku hanya berputar-putar di persoalan itu saja."
Pulang-Pergi hal.413

Review Pulang-Pergi

Saya sudah membeli ebook Gnalup-Pergi sejak 1 November 2020. Namun entah kenapa selalu enggan untuk memulai membacanya. Padahal saya yakin bahwa saya pasti menyukai cerita petualangan Bujang ini.

Sampai hari Jumat kemarin, saya memutuskan untuk memulai membacanya. Dan ketika hari Sabtunya saya ke toko buku, saya melihat novel Pulang-Pergi di jajaran novel-novel Tere Liye lainnya. Ada banyak novel Pulang, ada beberapa novel Pergi, namun hanya tersisa satu novel Pulang-Pergi.

Seakan takut tak bertemu lagi, saya putuskan membeli novel Pulang-Pergi versi cetak meski sudah memiliki versi Ebooknya. Saya teruskan membaca sambungan novel dari versi ebook yang baru terbaca satu bab. Dalam tiga hari saya selesai membaca novel Pulang-Pergi versi cetak. Rupanya bagi saya, membaca versi cetak memberikan motivasi tersendiri.

Selain alurnya yang menarik dan menegangkan, seperti sedang menonton film Mission Impossible, yang saya sukai saat membaca novel Pulang-Pergi adalah pengetahuan tak langsung yang saya peroleh dari sana.

Novel ini mengambil latar tempat di negara Rusia dan negara sekitarnya yang merupakan pecahan bekas negara Uni Soviet. Saya pun jadi mengingat-ingat nama-nama negara tersebut. Bahkan peristiwa ledakan Chernobyl pun diungkit dalam novel ini.

Jika saat menonton film saya hanya melihat sambil lalu saja senjata api yang digunakan para tokohnya, tanpa tahu nama senjatanya, maka kali ini karena membaca novel, mau tidak mau saya harus membaca dan mengetahui beberapa nama tipe senjata api dan membandingkan masing-masing cara penggunaannya. Jadi teringat beberapa teman yang saat ini asik bermain Free Fire dan sering menyebut berbagai tipe senjata api.

Saya baru saja membaca novel ini, oleh karenanya ada dialog yang agak familiar bagi saya.

"Benar sekali, Dik. Tumpahkan botol ini di Beijing, atau London, atau Jakarta, maka dalam waktu 24 jam, sepuluh ribu penduduk itu terkena serangan virus. Demam. Batuk. Mirip seperti gejala flu, tapi dengan rasio kematian 90% lebih. Lima hari kemudian, virus ini menyebar ke seluruh negeri, satu juta penduduk kota tertular. Sepuluh hari kemudian, virus ini mulai terbang ke seluruh penjuru dunia tanpa disadari siapapun. Satu bulan kemudia satu milyar penduduk bumi tertular"
Pulang-Pergi hal 283.

Ini hanyalah ancaman dari Diego yang tidak jadi kenyataan. Tapi entah kenapa membacanya membuat saya teringat dengan virus Covid-19. Apakah Tere Liye menulisnya diilhami oleh virus corona, atau mungkin memang sudah ditulis jauh sebelum itu, entahlah.

Membaca novel memang hiburan, tapi secara tak langsung bisa membuka wawasan. Saya pun masih menantikan novel selanjutnya, Bedebah di Ujung Tanduk. 

8 komentar

  1. sayang sekali udah beli ebook gk dibaca nih :)

    itu kok jadi mirip covid sekarang ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak apa, bab 1 baca di ebook, bab terakhir juga baca di ebook 😂😂😂

      Iya, bikin ingat covid, mungkin kebetulan.

      Hapus
  2. Bukunya Tere Liye yang paling menarik buat saya masih Rembulan Tenggelam Di Wajahmu,

    Pulang baru baca setengah dan belum kelar sampai sekarang. hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rembulan Tenggelam di Wajahmu memang seru, Mba. Sudah dibikin movie nya malah.

      Saya kalo baca novel, ngga tahan kalo cuma setengah. Apalagi genre aksi seperti Pulang, harus baca tuntas supaya tidak penasaran.

      Hapus
  3. Saya udah baca jg yang ini mbak.. Bacanya di E-book, Beli di Google books. seharga 40rb kalo ga salah. Selalu suka sama karya-karya bang Tere Liye. Motif ekonomi politik tersaji di novel ini.
    Aku jadi penasaran... Apakah di kehidupan nyata, mafia-mafia yg kejam seperti ini beneran ada ga yaa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga beli Ebooknya, tapi tetap lebih asik baca versi cetak.

      Sama, saya juga berpikir begitu. Apalagi mereka begitu ahli dalam hal merapikan tkp sehabis perkelahian. Belum lagi alasan yang ditampilkan sangat masuk akal. Jika terjadi hal serupa di sekitar kita, sepertinya kita bakalan bener-bener ngga tahu. Entahlah.

      Hapus
    2. Saya meyakini, mafia itu ada di dunia nyata. Beneran. Sudahlah gak usah jauh-jauh. Aku aja kenal seseorang yang kukira bapak-bapak gak banyak cakap, gak sadis wajahnya, ramah dn sopan, tapi dia ternyata sekian tahun dipenjara sebab membunuh dengan sengaja.

      Kukira seperti itulah mafia. Lebih smooth malah mainnya. Ngeri memang.

      BTW aku malah baru tahu dari tulisan ini, klo Pulang, Pergi, ternyata punya lanjutan yaitu Gnalup-Pergi.

      Hapus
    3. Yang namanya mafia memang tidak harus bengis seperti di film, bahkan kebanyakan bertampang biasa saja. Tidak terduga lah.

      Baca novel lanjutannya, Mba. Seru soalnya, hehe.

      Hapus


EmoticonEmoticon