Kategori : Movie
Sutradara : Joachim Ronning
Pemain : Angelina Jolie, Michelle Pfeiffer, Elle Fanning
Tahun : 2019
Genre : Petualangan, Keluarga, Fantasi
Durasi : 1 jam 48 menit
Beberapa tahun yang lalu adalah pertama kalinya saya menonton film Maleficent. Sebagai adaptasi dari film Putri Tidur, maka Maleficent berhasil memperlihatkan cinta dari sisi yang berbeda, saya pun menyukainya.
Tahun 2019 film Maleficent kembali hadir dengan judul Maleficent : Mistress of Evil. Trailernya banyak beredar di Youtube. Muncul keinginan untuk menontonnya.
Pekan lalu, movie ini mulai hadir di layar bioskop. Tapi entah mengapa saya tidak terlalu antusias. Mungkin takut kecewa jika tidak sesuai ekpekstasi. Namun setelah beberapa hari tayang di bioskop, reviewnya lumayan baik. Keinginan untuk menonton di bioskop pun muncul.
Saya pun mengajak suami untuk nonton di bioskop. Sayangnya jadwal kerjanya cukup padat. Dia juga nampak tidak antusias. Saya pun minta izin untuk menonton dengan adik saja. Adik saya tentu saja menyambutnya dengan senang hati.
Awalnya saya berniat menonton Jumat siang. Karena hari Jumat saya Cuma bekerja setengah hari. Tidak disangka, hari ini saya bisa pulang lebih awal. Saya pun memutuskan menonton hari ini saja. Selain tidak perlu menunggu sampai hari Jumat, harga tiket bioskop lebih murah pada hari kerja.
Adik saya sih setuju saja kapan pun diajak pergi. Mungkin itulah enaknya kerja di toko sendiri. Bisa ambil libur sesuka hati. Kami pun segera berangkat setelah dia menutup tokonya.
Sesampainya di bioskop, kami langsung membeli dua buah tiket Maleficent yang akan segera tayang pada jam tersebut. Kali ini saya tidak membeli tiket bioskop online. Tidak ada promo tiket murah yang bisa saya gunakan, sehingga beli tiket bioskop langsung di bioskop jadi lebih murah. Selain itu kami tidak perlu antri karena masih jam kerja.
Kursi bioskop di depan kami semuanya kosong. Mungkin karena kami duduk di baris ke empat dari depan. Saya suka duduk di posisi ini karena dekat dengan layar, namun juga tidak terlalu dekat. Selain itu kursi di belakang kami memang hampir penuh terisi.
Jika saya melihat para penonton yang duduk di ruangan saya, entah kenapa mayoritas diisi dengan ibu-ibu. Kami bahkan membayangkan mereka adalah rombongan yang sedang liburan atau mungkin ibu-ibu sosialita yang sedang mencari hiburan. Pastinya, para pegawai sekarang masih sibuk bekerja.
Sinopsis Maleficent Mistress of Evil
Aurora menjadi ratu di kerajaan Moor, tempat Maleficent, monster dan para peri tinggal. Pangeran Philip melamar Aurora. Ia ingin menyatukan kerajaan mereka dan tentu saja cinta mereka. Keluarga kerajaan mengundang Aurora dan ibu angkatnya, Maleficent untuk menghadiri makan malam di istana.
Saat makan malam, ibunya Philip, sang Ratu, mengucapkan kata-kata yang menyinggung perasaan Maleficent. Dari sanalah kekacauan terjadi.
Review Maleficent Mistress of Evil
Jika dalam kebanyakan dongeng, kisah cinta antara pangeran dan putri terhalang oleh ibu tiri yang jahat ataupun penyihir jahat, maka kali ini kisah cinta mereka terhalang calon mertua. Entah mengapa, hal ini malah mengingatkan saya tentang kebanyakan topik sinetron di Indonesia.
Sebagaimana Maleficent satu, kisah cinta yang ditekankan di sini bukanlah kisah cinta antara pria dan wanita. Tapi cinta ibu kepada putrinya, dalam hal ini Maleficent terhadap Aurora. Saya pun jadi membayangkan bagaimana sesuai sekali film ini ditonton oleh para ibu-ibu yang banyak duduk di bangku belakang.
Untuk Semua Umur
Berdasarkan lembaga sensor, film Malecifent layak ditonton oleh semua umur. Namanya juga film Disney yang memang target utamanya anak-anak. Tapi tetap bisa dinikmati oleh orang dewasa. Tidak ada adegan berdarah-darah di sini. Aksinya cuma sedikit pukul-pukulan dengan mayoritas kekuatan sihir atau magic.
Meski begitu, tetap ada adegen kissing di sini. Lebih dari satu kali malah. Tentu saja antara pangeran dan Aurora. Sebenarnya ini memang ciri khas Disney yang sudah dari kartunnya. Tapi hendaknya orang tua lebih memperhatikan anaknya terkait adegan ini.
Layaknya film fantasi penonton disuguhi dengan pemandangan kastil serta panorama alam yang indah. Sepertinya keindahan tersebut bisa lebih dirasakan jika ditontonnya lewat kacamata 3D. Sayangnya saya merasa tidak nyaman jika harus menonton dengan kacamata dobel.
Maleficent memang bukan film aksi, namun fantasi. Sehingga adegan pertempurannya tidak bisa dibandingkan dengan film-film Marvel. Nuansa keduanya berbeda. Topik yang diangkat pun lebih drama, bukan masalah menyelamatkan dunia. Mungkin karena itu juga penontonya didominasi oleh anak-anak dan wanita. Suami saya ogah diajak ke bioskop.
Learning English
Yang saya suka dari film Disney maupun film anak lainnya adalah percakapan yang mudah dicerna dan diikuti. Selain itu, jarang terdapat kata-kata umpatan dalam film anak. Saya pun bisa menangkap kalimat yang diucapkan dan mencocokannya dengan terjemah yang tertera.
Kadang-kadang, saya bisa mengerti kata-kata bahasa Inggris yang saya dengar. Tapi saya lebih suka dengan terjemah dari versi bioskop. Saya pribadi akan menerjemahkannya secara literlek dengan maksud berbeda. Namun terjemahan dari bioskop lebih santai dan mudah diterima.
Beberapa kalimat yang saya ingat beserta terjemahnya:
Stay closed : tetap berdekatan
Don't ruin my morning : Jangan merusak pagiku
God mother : ibu angkat
We will show them no mercy : Kita tidak akan memberi mereka ampun
Apakah ada after credit scene?
Tidak ada cerita after credit dalam movie Maleficent. Maka kami pun bisa langsung meninggalkan ruangan bioskop begitu film usai. Tidak diketahui, apakah akan ada sekuelnya ada tidak. Yang pasti kami sungguh menikmati menonton Maleficent di layar bioskop.
Ah, saya tahu beberapa teman yang menyukai karakter Maleficent versi Angelina Jolie ini. Mungkin karena nggak terlalu suci tapi tetap saja maksudnya baik. Manusiawi sekali.
BalasHapusMalahan Malefient awalnya kan terkenal dengan karakter jahat. Versi Angelina memberikannya sedikit sisi baik.
Hapus